Kamis, 05 Desember 2013

FUNGSI DAN MANFAAT MEDIA PEMBELAJARAN Fungsi menurut : a. Levied dan Lentz - Fungsi atensi - Fungsi afektif - Fungsi kognitif - Fungsi kompensatoris b. Kemp dan Dayton - Memotivasi minat atau tindakan - Menyajikan informasi - Memberi instruksi c. Sabiri - Sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif - Bagian yang terintegrasi dari keseluruhan situasi mengajar - Berintegral dengan tujuan dan fungsi - Sebagai pelengkap proses belajar supaya lebih menarik perhatian siswa - Mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap materi pelajaran - Meningkatkan dan mempertinggi mutu belajar Manfaat Media pembelajaran 1. Memperjelas pesan dan informasi 2. Meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak 3. Mengatasi keterbatasan indra ruang dan waktu 4. Memberi kesamaan pengalaman serta interaksi langsung Kriteria Media Pembelajaran Menurut Susilana 1. Sesuai dengan tujuan pembelajaran 2. Sesuai dengan materi pembelajaran 3. Sesuai dengan karakteristik siswa 4. Sesuai dengan kondisi lingkungan, sarana dan prasarana yang tersedia Hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan media Menurut Yusri Panggabean 1. Kemampuan Beli 2. Penguasaan Teknologi 3. Ketepatan 4. Kebaruan
Komunikasi Verbal
    Komunikasi adalah bahasa atau simbol atau lambang yang kita gunakan untuk mencapai suatu tujuan dan terjadinya efek atau pengaruh terhadap sasaran. Dalam kehidupan sehari-hari, untuk mewujudkan kebutuhan atau keinginan dalam bermasyarakat harus menggunakan komunikasi. Dengan adanya mekanisme komunikasi sehingga pihak yang satu dengan pihak yang lain boleh terjadi kerjasama. Secara Alkitabiah, komunikasi dimulai sejak manusia diciptakan dan untuk menemukan kapan dimulainya komunikasi tidak dapat diketahui secara sistematis karena komunikasi sudah ada dan telah ada sebelum prasejarah. Jenis komunikasi ada dua, yaitu komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Tetapi, yang akan kami bahas disini adalah komunikasi verbal.
    Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Hampir semua rangsangan wicara yang kita sadari termasuk ke dalam kategori pesan verbal disengaja, yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara sadar untuk berhubungan dengan orang lain secara lisan. Bahasa dapat juga dianggap sebagai suatu sistem kode verbal. Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut yang digunakan dan dipahami suatu komunitas. Bahasa verbal adalah sarana utama untuk menyatakan pikiran, perasaan, dan maksud kita.
    Jalaluddin Rakhmat (1994), mendefinisikan bahasa secara fungsional dan formal. Secara fungsional, bahasa diartikan sebagai alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan. Ia menekankan dimiliki bersama, karena bahasa hanya dapat dipahami bila ada kesepakatan di antara anggota-anggota kelompok sosial untuk menggunakannya. Secara formal, bahasa diartikan sebagai semua kalimat yang terbayangkan, yang dapat dibuat menurut peraturan tatabahasa. Setiap bahasa mempunyai peraturan bagaimana kata-kata harus disusun dan dirangkaikan supaya memberi arti. Kalimat dalam bahasa Indonesia Yang berbunyi ”Di mana saya dapat menukar uang?” akan disusun dengan tatabahasa bahasa-bahasa yang lain sebagai berikut:
 Inggris: Dimana dapat saya menukar beberapa uang? (Where can I change some money?).
 Perancis: Di mana dapat saya menukar dari itu uang? (Ou puis-je change de l’argent?).
Jerman: Di mana dapat saya sesuatu uang menukar? (Wo kann ich etwasGeld wechseln?).
Spanyol: Di mana dapat menukar uang? (Donde puedo cambiar dinero?).
Tatabahasa meliputi tiga unsur: fonologi, sintaksis, dan semantik. Fonologi merupakan pengetahuan tentang bunyi-bunyi dalam bahasa. Sintaksis merupakan pengetahuan tentang cara pembentukan kalimat. Semantik merupakan pengetahuan tentang arti kata atau gabungan kata-kata.
    Bila menyertakan budaya dalam berkomunikasi, maka proses komunikasi semakin rumit, ketika kita berkomunikasi dengan seseorang dari budaya anda sendiri, proses komunikasi yang dilakukan lebih mudah, karena dalam suatu budaya orang-orang berbagi sejumlah pengalaman serupa. Namun bila komunikasi melibatkan orang-orang berbeda budaya, banyak pengalaman berbeda, dan proses komunikasinya juga kurang baik atau menyulitkan. Misalnya, kata anjing dapat dimaknai secara berbeda, meskipun orang-orang membayangkan sosoknya kurang lebih sama. Bagi sebagian orang, anjing sebagai sahabat setia dan penjaga rumah yang baik, bagi sebagian lainnya, anjing menakutkan dan harus dihindari, dan bagi sebagian orang lainnya lagi, anjing melukiskan jenis hewan yang dagingnya lezat dimakan.


Fungsi Bahasa dalam Kehidupan Sehari-hari
    Kita sering tidak menyadari pentingnya bahasa, karena kita sepanjang hidup menggunakanya. Kita baru sadar bahasa itu penting ketika kita menemui jalan buntu dalam menggunakan bahasa, misalnya: ketika kita berupaya berkomunikasi dengan orang yang sama sekali tidak memahami bahasa kita yang membuat kita frustasi; ketika kita sulit menerjemahkan suatu kata, frase, atau kalimat dari suatu bahasa ke bahasa lain; ketika kita harus menulis lamaran pekerjaan atau diwawancarai dalam bahasa Inggris untuk memperoleh suatu pekerjaan yang bagus. Fungsi bahasa yang mendasar adalah untuk menamai atau menjuluki orang, objek, dan peristiwa. Setiap orang punya nama untuk identifikasi sosial.
    Menurut Larry L. Barker (dalam Deddy Mulyana,2005), bahasa mempunyai tiga fungsi: penamaan (naming atau labeling), interaksi, dan transmisi informasi.
1.    Penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasikan objek, tindakan, atau orang dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi.
2.    Fungsi interaksi menekankan berbagi gagasan dan emosi, yang dapat mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan dan kebingungan.
3.    Melalui bahasa, informasi dapat disampaikan kepada orang lain, inilah yang disebut fungsi transmisi dari bahasa. Keistimewaan bahasa sebagai fungsi transmisi informasi yang lintas-waktu, dengan menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan, memungkinkan kesinambungan budaya dan tradisi kita.
 Cansandra L. Book (1980), dalam Human Communication: Principles, Contexts, and Skills,mengemukakan agar komunikasi kita berhasil, setidaknya bahasa harus memenuhi tiga fungsi, yaitu:
a. mengenal dunia sekitar kita. Melalui bahasa kita mempelajari apa saja yang menarik minat kita, mulai dari sejarah suatu bangsa yang hidup pada masa lalu sampai pada kemajuan teknologi ini.
b. Berhubungan dengan orang lain. Bahasa memungkinkan kita bergaul dengan orang lain untuk kesenangan kita, dan atau mempengaruhi mereka untuk mencapai tujuan kita. Melalui bahasa kita dapat mengendalikan lingkungan kita, termasuk orang-orang di sekitar kita.
c.  Untuk menciptakan koherensi dalam kehidupan kita. Bahasa memungkinkan kita untuk lebih teratur, saling memahami mengenal diri kita, kepercayaan-kepercayaan kita, dan tujuan-tujuan kita.

Keterbatasan Bahasa
1.    keterbatasan jumlah kata yang tersedia untuk mewakili objek.
Kata-kata adalah kategori-kategori untuk merujuk pada objek tertentu: orang, benda, peristiwa, sifat, perasaan, dsb. Tidak semua kata tersedia untuk merujuk pada objek. Suatu kata hanya mewakili realitas, tetapi bukan realitas itu sendiri. Dengan demikian, kata-kata pada dasarnya bersifat parsial, tidak melukiskan sesuatu secara eksak. Oleh karena itu, adakalanya sulit menamai suatu objek. Misalnya, nama apa yang harus diberikan kepada sebuah benda yang bentuknya mirip pintu, tetapi berukuran kecil, misalnya 50 x 20 cm: pintu, pintu kecil, jendela, jendela kecil, lubang angin, atau apa? Kata-kata sifat dalam bahasa cenderung dikotomis, misalnya baik-buruk, kaya-miskin, pintar-bodoh. Anggapan bahwa realitas bersifat dikotomis dapat mendorong kita menganggap bahwa seseorang baik atau buruk. Keterbatasan jumlah kategori untuk menamai suatu objek sebenarnya berfungsi untuk mengendalikan lingkungan kita, dan memudahkan kita untuk berkomunikasi dengan orang lain dan berbagi pengalaman serta pengetahuan dengan mereka.
2.    kata-kata bersifat ambigu dan kontekstual
Kata-kata bersifat ambigu, karena kata-kata merepresentasikan persepsi dan interpretasi orang-orang yang berbeda, yang menganut latar belakang sosial budaya yang berbeda pula. Kata berat, yang mempunyai makna yang nuansanya beraneka ragam, misalnya: tubuh orang itu berat; kepala saya berat; ujian itu berat; dosen itu memberikan sanksi yang berat kepada mahasiswanya yang nyontek.
3.    Kata-kata mengandung bias budaya.
Bahasa terikat konteks budaya. Oleh karena di dunia ini terdapat berbagai kelompok manusia dengan budaya dan subbudaya yang berbeda, tidak mengherankan bila terdapat kata-kata yang (kebetulan) sama atau hampir sama tetapi dimaknai secara berbeda, atau kata-kata yang berbeda namun dimaknai secara sama. Konsekuensinya, dua orang yang berasal dari budaya yang berbeda boleh jadi mengalami kesalahpahaman ketika mereka menggunakan kata yang sama. Misalnya kata awak untuk orang Minang adalah saya atau kita, sedangkan dalam bahasa Melayu (di Palembang dan Malaysia) berarti kamu. Komunikasi sering dihubungkan dengan kata Latin communis yang artinya sama. Komunikasi hanya terjadi bila kita memiliki makna yang sama. Pada gilirannya, makna yang sama hanya terbentuk bila kita memiliki pengalaman yang sama. Kesamaan makna karena kesamaan pengalaman masa lalu atau kesamaan struktur kognitif disebut isomorfisme. Isomorfisme terjadi bila komunikan-komunikan berasal dari budaya yang sama, status sosial yang sama, pendidikan yang sama, ideologi yang sama; pendeknya mempunyai sejumlah maksimal pengalaman yang sama. Pada kenyataannya tidak ada isomorfisme total.
4.    Percampuradukkan fakta, penafsiran, dan penilaian.
Dalam berbahasa kita sering mencampuradukkan fakta (uraian), penafsiran (dugaan), dan penilaian. Masalah ini berkaitan dengan dengan kekeliruan persepsi. Contoh: apa yang ada dalam pikiran kita ketika melihat seorang pria dewasa sedang membelah kayu pada hari kerja pukul 10.00 pagi? Kebanyakan dari kita akan menyebut orang itu sedang bekerja. Akan tetapi, jawaban sesungguhnya bergantung pada: Pertama, apa yang dimaksud bekerja? Kedua, apa pekerjaan tetap orang itu untuk mencari nafkah? Bila yang dimaksud bekerja adalah melakukan pekerjaan tetap untuk mencari nafkah, maka orang itu memang sedang bekerja. Akan tetapi, bila pekerjaan tetap orang itu adalah sebagai dosen, yang pekerjaannya adalah membaca, berbicara, menulis, maka membelah kayu bakar dapat kita anggap bersantai baginya, sebagai selingan di antara jam-jam kerjanya.

Komunikasi Verbal mencakup aspek-aspek berupa:
a.    Vocabulary (perbendaharaan kata-kata). Komunikasi tidak akan efektif bila pesan disampaikan dengan kata-kata yang tidak dimengerti, karena itu olah kata menjadi penting dalam berkomunikasi.
b.    Racing (kecepatan). Komunikasi akan lebih efektif  dan sukses bila kecepatan bicara dapat diatur dengan baik, tidak terlalu cepat atau terlalu lambat.
c.    Intonasi suara: akan mempengaruhi arti pesan  secara dramatik sehingga pesan akan menjadi lain artinya  bila diucapkan dengan intonasi suara yang berbeda. Intonasi suara yang tidak proposional merupakan hambatan dalam berkomunikasi.
d.    Humor: dapat meningkatkan kehidupan yang bahagia. Dugan (1989), memberikan catatan bahwa dengan tertawa dapat membantu menghilangkan  stress dan nyeri. Tertawa mempunyai hubungan fisik dan psikis dan harus diingat bahwa humor adalah merupakan  satu-satunya selingan dalam berkomunikasi.
e.    Singkat dan jelas. Komunikasi  akan efektif bila disampaikan secara singkat dan jelas, langsung pada pokok permasalahannya sehingga lebih mudah dimengerti.
f.    Timing (waktu yang tepat) adalah hal kritis yang perlu diperhatikan karena berkomunikasi akan berarti bila seseorang  bersedia untuk berkomunikasi, artinya dapat menyediakan waktu untuk mendengar atau memperhatikan apa yang disampaikan.


Kesimpulan
    Bahasa verbal adalah sarana utama untuk menyatakan pikiran, perasaan, dan maksud kita yang dapat dinyatakan secara lisan maupun tulisan yang dilakukan dua orang atau lebih. Ketika kita berkomunikasi, kita menterjemahkan gagasan kita ke dalam bentuk lambang (verbal atau nonverbal). Dalam menggunakan bahasa, diperlukan kecermatan dalam berbicara, bagaimana mencocokkan kata dengan keadaan sebenarnya, bagaimana menghilangkan kebiasaan berbahasa yang menyebabkan kerancuan dan kesalahpahaman.