Kamis, 05 Desember 2013

FUNGSI DAN MANFAAT MEDIA PEMBELAJARAN Fungsi menurut : a. Levied dan Lentz - Fungsi atensi - Fungsi afektif - Fungsi kognitif - Fungsi kompensatoris b. Kemp dan Dayton - Memotivasi minat atau tindakan - Menyajikan informasi - Memberi instruksi c. Sabiri - Sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif - Bagian yang terintegrasi dari keseluruhan situasi mengajar - Berintegral dengan tujuan dan fungsi - Sebagai pelengkap proses belajar supaya lebih menarik perhatian siswa - Mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap materi pelajaran - Meningkatkan dan mempertinggi mutu belajar Manfaat Media pembelajaran 1. Memperjelas pesan dan informasi 2. Meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak 3. Mengatasi keterbatasan indra ruang dan waktu 4. Memberi kesamaan pengalaman serta interaksi langsung Kriteria Media Pembelajaran Menurut Susilana 1. Sesuai dengan tujuan pembelajaran 2. Sesuai dengan materi pembelajaran 3. Sesuai dengan karakteristik siswa 4. Sesuai dengan kondisi lingkungan, sarana dan prasarana yang tersedia Hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan media Menurut Yusri Panggabean 1. Kemampuan Beli 2. Penguasaan Teknologi 3. Ketepatan 4. Kebaruan
Komunikasi Verbal
    Komunikasi adalah bahasa atau simbol atau lambang yang kita gunakan untuk mencapai suatu tujuan dan terjadinya efek atau pengaruh terhadap sasaran. Dalam kehidupan sehari-hari, untuk mewujudkan kebutuhan atau keinginan dalam bermasyarakat harus menggunakan komunikasi. Dengan adanya mekanisme komunikasi sehingga pihak yang satu dengan pihak yang lain boleh terjadi kerjasama. Secara Alkitabiah, komunikasi dimulai sejak manusia diciptakan dan untuk menemukan kapan dimulainya komunikasi tidak dapat diketahui secara sistematis karena komunikasi sudah ada dan telah ada sebelum prasejarah. Jenis komunikasi ada dua, yaitu komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Tetapi, yang akan kami bahas disini adalah komunikasi verbal.
    Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Hampir semua rangsangan wicara yang kita sadari termasuk ke dalam kategori pesan verbal disengaja, yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara sadar untuk berhubungan dengan orang lain secara lisan. Bahasa dapat juga dianggap sebagai suatu sistem kode verbal. Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut yang digunakan dan dipahami suatu komunitas. Bahasa verbal adalah sarana utama untuk menyatakan pikiran, perasaan, dan maksud kita.
    Jalaluddin Rakhmat (1994), mendefinisikan bahasa secara fungsional dan formal. Secara fungsional, bahasa diartikan sebagai alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan. Ia menekankan dimiliki bersama, karena bahasa hanya dapat dipahami bila ada kesepakatan di antara anggota-anggota kelompok sosial untuk menggunakannya. Secara formal, bahasa diartikan sebagai semua kalimat yang terbayangkan, yang dapat dibuat menurut peraturan tatabahasa. Setiap bahasa mempunyai peraturan bagaimana kata-kata harus disusun dan dirangkaikan supaya memberi arti. Kalimat dalam bahasa Indonesia Yang berbunyi ”Di mana saya dapat menukar uang?” akan disusun dengan tatabahasa bahasa-bahasa yang lain sebagai berikut:
 Inggris: Dimana dapat saya menukar beberapa uang? (Where can I change some money?).
 Perancis: Di mana dapat saya menukar dari itu uang? (Ou puis-je change de l’argent?).
Jerman: Di mana dapat saya sesuatu uang menukar? (Wo kann ich etwasGeld wechseln?).
Spanyol: Di mana dapat menukar uang? (Donde puedo cambiar dinero?).
Tatabahasa meliputi tiga unsur: fonologi, sintaksis, dan semantik. Fonologi merupakan pengetahuan tentang bunyi-bunyi dalam bahasa. Sintaksis merupakan pengetahuan tentang cara pembentukan kalimat. Semantik merupakan pengetahuan tentang arti kata atau gabungan kata-kata.
    Bila menyertakan budaya dalam berkomunikasi, maka proses komunikasi semakin rumit, ketika kita berkomunikasi dengan seseorang dari budaya anda sendiri, proses komunikasi yang dilakukan lebih mudah, karena dalam suatu budaya orang-orang berbagi sejumlah pengalaman serupa. Namun bila komunikasi melibatkan orang-orang berbeda budaya, banyak pengalaman berbeda, dan proses komunikasinya juga kurang baik atau menyulitkan. Misalnya, kata anjing dapat dimaknai secara berbeda, meskipun orang-orang membayangkan sosoknya kurang lebih sama. Bagi sebagian orang, anjing sebagai sahabat setia dan penjaga rumah yang baik, bagi sebagian lainnya, anjing menakutkan dan harus dihindari, dan bagi sebagian orang lainnya lagi, anjing melukiskan jenis hewan yang dagingnya lezat dimakan.


Fungsi Bahasa dalam Kehidupan Sehari-hari
    Kita sering tidak menyadari pentingnya bahasa, karena kita sepanjang hidup menggunakanya. Kita baru sadar bahasa itu penting ketika kita menemui jalan buntu dalam menggunakan bahasa, misalnya: ketika kita berupaya berkomunikasi dengan orang yang sama sekali tidak memahami bahasa kita yang membuat kita frustasi; ketika kita sulit menerjemahkan suatu kata, frase, atau kalimat dari suatu bahasa ke bahasa lain; ketika kita harus menulis lamaran pekerjaan atau diwawancarai dalam bahasa Inggris untuk memperoleh suatu pekerjaan yang bagus. Fungsi bahasa yang mendasar adalah untuk menamai atau menjuluki orang, objek, dan peristiwa. Setiap orang punya nama untuk identifikasi sosial.
    Menurut Larry L. Barker (dalam Deddy Mulyana,2005), bahasa mempunyai tiga fungsi: penamaan (naming atau labeling), interaksi, dan transmisi informasi.
1.    Penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasikan objek, tindakan, atau orang dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi.
2.    Fungsi interaksi menekankan berbagi gagasan dan emosi, yang dapat mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan dan kebingungan.
3.    Melalui bahasa, informasi dapat disampaikan kepada orang lain, inilah yang disebut fungsi transmisi dari bahasa. Keistimewaan bahasa sebagai fungsi transmisi informasi yang lintas-waktu, dengan menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan, memungkinkan kesinambungan budaya dan tradisi kita.
 Cansandra L. Book (1980), dalam Human Communication: Principles, Contexts, and Skills,mengemukakan agar komunikasi kita berhasil, setidaknya bahasa harus memenuhi tiga fungsi, yaitu:
a. mengenal dunia sekitar kita. Melalui bahasa kita mempelajari apa saja yang menarik minat kita, mulai dari sejarah suatu bangsa yang hidup pada masa lalu sampai pada kemajuan teknologi ini.
b. Berhubungan dengan orang lain. Bahasa memungkinkan kita bergaul dengan orang lain untuk kesenangan kita, dan atau mempengaruhi mereka untuk mencapai tujuan kita. Melalui bahasa kita dapat mengendalikan lingkungan kita, termasuk orang-orang di sekitar kita.
c.  Untuk menciptakan koherensi dalam kehidupan kita. Bahasa memungkinkan kita untuk lebih teratur, saling memahami mengenal diri kita, kepercayaan-kepercayaan kita, dan tujuan-tujuan kita.

Keterbatasan Bahasa
1.    keterbatasan jumlah kata yang tersedia untuk mewakili objek.
Kata-kata adalah kategori-kategori untuk merujuk pada objek tertentu: orang, benda, peristiwa, sifat, perasaan, dsb. Tidak semua kata tersedia untuk merujuk pada objek. Suatu kata hanya mewakili realitas, tetapi bukan realitas itu sendiri. Dengan demikian, kata-kata pada dasarnya bersifat parsial, tidak melukiskan sesuatu secara eksak. Oleh karena itu, adakalanya sulit menamai suatu objek. Misalnya, nama apa yang harus diberikan kepada sebuah benda yang bentuknya mirip pintu, tetapi berukuran kecil, misalnya 50 x 20 cm: pintu, pintu kecil, jendela, jendela kecil, lubang angin, atau apa? Kata-kata sifat dalam bahasa cenderung dikotomis, misalnya baik-buruk, kaya-miskin, pintar-bodoh. Anggapan bahwa realitas bersifat dikotomis dapat mendorong kita menganggap bahwa seseorang baik atau buruk. Keterbatasan jumlah kategori untuk menamai suatu objek sebenarnya berfungsi untuk mengendalikan lingkungan kita, dan memudahkan kita untuk berkomunikasi dengan orang lain dan berbagi pengalaman serta pengetahuan dengan mereka.
2.    kata-kata bersifat ambigu dan kontekstual
Kata-kata bersifat ambigu, karena kata-kata merepresentasikan persepsi dan interpretasi orang-orang yang berbeda, yang menganut latar belakang sosial budaya yang berbeda pula. Kata berat, yang mempunyai makna yang nuansanya beraneka ragam, misalnya: tubuh orang itu berat; kepala saya berat; ujian itu berat; dosen itu memberikan sanksi yang berat kepada mahasiswanya yang nyontek.
3.    Kata-kata mengandung bias budaya.
Bahasa terikat konteks budaya. Oleh karena di dunia ini terdapat berbagai kelompok manusia dengan budaya dan subbudaya yang berbeda, tidak mengherankan bila terdapat kata-kata yang (kebetulan) sama atau hampir sama tetapi dimaknai secara berbeda, atau kata-kata yang berbeda namun dimaknai secara sama. Konsekuensinya, dua orang yang berasal dari budaya yang berbeda boleh jadi mengalami kesalahpahaman ketika mereka menggunakan kata yang sama. Misalnya kata awak untuk orang Minang adalah saya atau kita, sedangkan dalam bahasa Melayu (di Palembang dan Malaysia) berarti kamu. Komunikasi sering dihubungkan dengan kata Latin communis yang artinya sama. Komunikasi hanya terjadi bila kita memiliki makna yang sama. Pada gilirannya, makna yang sama hanya terbentuk bila kita memiliki pengalaman yang sama. Kesamaan makna karena kesamaan pengalaman masa lalu atau kesamaan struktur kognitif disebut isomorfisme. Isomorfisme terjadi bila komunikan-komunikan berasal dari budaya yang sama, status sosial yang sama, pendidikan yang sama, ideologi yang sama; pendeknya mempunyai sejumlah maksimal pengalaman yang sama. Pada kenyataannya tidak ada isomorfisme total.
4.    Percampuradukkan fakta, penafsiran, dan penilaian.
Dalam berbahasa kita sering mencampuradukkan fakta (uraian), penafsiran (dugaan), dan penilaian. Masalah ini berkaitan dengan dengan kekeliruan persepsi. Contoh: apa yang ada dalam pikiran kita ketika melihat seorang pria dewasa sedang membelah kayu pada hari kerja pukul 10.00 pagi? Kebanyakan dari kita akan menyebut orang itu sedang bekerja. Akan tetapi, jawaban sesungguhnya bergantung pada: Pertama, apa yang dimaksud bekerja? Kedua, apa pekerjaan tetap orang itu untuk mencari nafkah? Bila yang dimaksud bekerja adalah melakukan pekerjaan tetap untuk mencari nafkah, maka orang itu memang sedang bekerja. Akan tetapi, bila pekerjaan tetap orang itu adalah sebagai dosen, yang pekerjaannya adalah membaca, berbicara, menulis, maka membelah kayu bakar dapat kita anggap bersantai baginya, sebagai selingan di antara jam-jam kerjanya.

Komunikasi Verbal mencakup aspek-aspek berupa:
a.    Vocabulary (perbendaharaan kata-kata). Komunikasi tidak akan efektif bila pesan disampaikan dengan kata-kata yang tidak dimengerti, karena itu olah kata menjadi penting dalam berkomunikasi.
b.    Racing (kecepatan). Komunikasi akan lebih efektif  dan sukses bila kecepatan bicara dapat diatur dengan baik, tidak terlalu cepat atau terlalu lambat.
c.    Intonasi suara: akan mempengaruhi arti pesan  secara dramatik sehingga pesan akan menjadi lain artinya  bila diucapkan dengan intonasi suara yang berbeda. Intonasi suara yang tidak proposional merupakan hambatan dalam berkomunikasi.
d.    Humor: dapat meningkatkan kehidupan yang bahagia. Dugan (1989), memberikan catatan bahwa dengan tertawa dapat membantu menghilangkan  stress dan nyeri. Tertawa mempunyai hubungan fisik dan psikis dan harus diingat bahwa humor adalah merupakan  satu-satunya selingan dalam berkomunikasi.
e.    Singkat dan jelas. Komunikasi  akan efektif bila disampaikan secara singkat dan jelas, langsung pada pokok permasalahannya sehingga lebih mudah dimengerti.
f.    Timing (waktu yang tepat) adalah hal kritis yang perlu diperhatikan karena berkomunikasi akan berarti bila seseorang  bersedia untuk berkomunikasi, artinya dapat menyediakan waktu untuk mendengar atau memperhatikan apa yang disampaikan.


Kesimpulan
    Bahasa verbal adalah sarana utama untuk menyatakan pikiran, perasaan, dan maksud kita yang dapat dinyatakan secara lisan maupun tulisan yang dilakukan dua orang atau lebih. Ketika kita berkomunikasi, kita menterjemahkan gagasan kita ke dalam bentuk lambang (verbal atau nonverbal). Dalam menggunakan bahasa, diperlukan kecermatan dalam berbicara, bagaimana mencocokkan kata dengan keadaan sebenarnya, bagaimana menghilangkan kebiasaan berbahasa yang menyebabkan kerancuan dan kesalahpahaman.

Selasa, 26 November 2013

BAHAN AJAR KELAS 9 SMP
Oleh Marinda Pardede
Semester     : V
Mata Kuliah     : PAK REMAJA-PEMUDA
Dosen        : Rina Ariesta Siahaan, M. Pd. K
buku         : SULUH SISWA

        MENGHARGAI HIDUP DENGAN MENJAUHI NARKOBA
Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat-obatan berbahaya. Istilah lebih luasnya adalah “napza” (Nrkotika, psikotropika, dan zat adiktif). Jenisnya antara lain narkotika, psikotropika, antihistamin, muscle relaxan (pelemas otot), dan lain-lain. Dalam dunia medis, obata-obatan ini digunakan untuk kasus-kasus khusus, misalnya menolong pasien untuk meringankan rasa sakit. Namun, jika obat-obatan tersebut dipakai tanpa petunjuk medis, akan membahayakan tubuh dan jiwa0 pemakainya.
Keinginan untuk mencoba narkoba, atau karena takut tersisih pergaulan, dianggap ketinggalan zaman adalah salah satu pintu masuk yang mengakibatkan kecanduan. Makin sering dipakai, semakin membuat ketergantungan dan menuntut peningkatan dosis. Dihentikan secara tiba-tiba akan menderita secara psikis dan fisik (sakau). Karena itu, ia akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan tubuhnya dengan obat-obatan. Jika tidak, ia akan mengalami depresi berat, merasa gagal mengaktualisasikan diri, tidak sabar, murung, tertekan, apatis, cenderung menarik diri dari pergaulan, bahkan merasa hidup tak berarti lagi.
Dampak penyalahgunaan narkoba merusak mental, fisik, psikis, social, dan ekonomi. Orang yang suka menyalahgunakan narkoba adalah orang yang ingin melepaskan diri dari kenyataan hidup yang dianggapnya sebagai beban. Orang yang dibawah pengaruh narkoba merasa senang, masalah hidup seolah-olah lepas  (fly). Dan pengaruh narkoba hilang, ia kembali ke dunia nyata yang penuh dengan masalah.
Sebagai remaja, memang memiliki banyak keinginan dan kesempatan terbuka luas, tapi harus dapat mengendalikan diri untuk berhati-hati pada setiap keinginan. Kita harus mengujinya apakah sesuai kehendak Allah atau tidak (Yak. 1:13-15). Tuhan mengingatkan kita agar tidak menjerumuskan diri ke dalam  upaya mencari kenikmatan duniawi (Luk. 21:34). Tubuh ini adalah “bait Roh Kudus” (1 Kor. 6:19), artinya tubuh kita adalah tempat Roh Kudus berdiam. Jadi, tubuh kita harus bersih dan tidak tercemar hal-hal yang bertentangan dengan kehendak Roh Kudus itu sendiri.
Salah satu cara menghindari penyalahgunaan narkoba adalah dalam bergaul kita harus selektif (Ams. 13:20). Tubuh dan jiwa harus kita syukuri karena itu adalah anugerah Allah dan kita harus bertanggung jawab menjaga dan memelihara tubuh dan jiwa kita agar tetap segar bugar dan dapat bertumbuh dengan baik.

orang yang kurang mampu yang terjerumus dalam narkoba dapat masuk ke rehabilitasi yang sudah disediakan pemerintah secara gratis, dan juga yayasan Kristen menyediakan tempat rehabilitas bagi orang yang ingin pulih dari narkoba

HAKIKAT MEDIA PEMBELAJARAN


Nama            : Netrin Anin dan Marinda Pardede
Semester        : V (Lima)
Mata Kuliah        : Teknologi dan Media Pembelajaran PAK
Dosen            : Dr. Yonas Muanley, M.Th


HAKIKAT MEDIA PEMBELAJARAN


A.    PENDAHULUAN
Dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen, media pembelajaran sebenarnya bukan hal yang baru. Media pembelajaran merupakan salah satu komponen pembelajaran yang mempunyai peranan sangat penting dalam proses pembelajaran.
    Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan seseorang dalam upaya memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai positif dengan memanfaatkan berbagai sumber untuk belajar.  Ciri-ciri sesuatu dikatakan sebagai hasil belajar yakni Sifatnya disadari, diperoleh melalui proses, belajar memerlukan interaksi. Karena belajar membutuhkan interaksi maka ini menunjukan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses komunikasi (penyampaian pesan). Komunikasi adalah system yang di dalamnya terdapat komunikan, komunikator, channel, massage, feed back serta noise/ barrier.
Pembelajaran dikatakan sebagai system karena di dalamnya terdapat komponen yang saling berkait seperti tujuan, materi, metode, media, dll. Usaha untuk menunjang pencapaian tujuan pembelajaran dibantu oleh penggunaan alat bantu pembelajaran yang tepat dan sesuai karakteristik komponen penggunannya. Setelah itu guru menentukan alat dan mengadakan evaluasi.

B.  PEMBAHASAN
1.    Pengertian Media Pembelajaran
Media (bentuk jamak dari kata medium), merupakan kata yang berasal dari bahasa latin medius, yang secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’ (Arsyad, 2002; Sadiman, dkk., 1990). Oleh karena itu, media dapat diartikan sebagai perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Media dapat berupa sesuatu bahan (software) dan/atau alat (hardware). Sedangkan menurut Gerlach & Ely (dalam Arsyad, 2002), bahwa media jika dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi, yang menyebabkan siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap.
Jadi menurut pengertian ini, guru, teman sebaya, buku teks, lingkungan sekolah dan luar sekolah, bagi seorang siswa merupakan media. Pengertian ini sejalan dengan batasan yang disampaikan oleh Gagne (1985), yang menyatakan bahwa media merupakan berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang untuk belajar.
Banyak batasan tentang media, Association of Education and Communication Technology (AECT) memberikan pengertian tentang media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan dan informasi. Dalam hal ini terkandung pengertian sebagai medium (Gagne, et al., 1988) atau mediator, yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak utama dalam proses belajar -siswa dan isi pelajaran. Sebagai mediator, dapat pula mencerminkan suatu pengertian bahwa dalam setiap sistem pengajaran, mulai dari guru sampai kepada peralatan yang paling canggih dapat disebut sebagai media. Heinich, et.al., (1993) memberikan istilah medium, yang memiliki pengertian yang sejalan dengan batasan di atas yaitu sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima.
Dalam dunia pendidikan, sering kali istilah alat bantu atau media komunikasi digunakan secara bergantian atau sebagai pengganti istilah media pendidikan (pembelajaran). Seperti yang dikemukakan oleh Hamalik (1994) bahwa dengan penggunaan alat bantu berupa media komunikasi, hubungan komunikasi akan dapat berjalan dengan lancar dan dengan hasil yang maksimal. Batasan media seperti ini juga dikemukakan oleh Reiser dan Gagne (dalam Criticos, 1996; Gagne, et al., 1988), yang secara implisit menyatakan bahwa media adalah segala alat fisik yang digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran.
Dalam pengertian ini, buku/modul, tape recorder, kaset, video recorder, camera video, televisi, radio, film, slide, foto, gambar, dan komputer adalah merupakan media pembelajaran. Menurut National Education Association -NEA (dalam Sadiman, dkk., 1990), media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik yang tercetak maupun audio visual beserta peralatannya.
Berdasarkan batasan-batasan mengenai media seperti tersebut di atas, maka dapat dikatakan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang menyangkut software dan hardware yang dapat digunakan untuk meyampaikan isi materi ajar dari sumber belajar ke pebelajar (individu atau kelompok), yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat pebelajar sedemikian rupa sehingga proses belajar (di dalam/di luar kelas) menjadi lebih efektif.
2.    Ciri-Ciri Media Pembelajaran
    Gerlach & Ely (1971) mengemukakan tiga ciri media yang merupakan petunjuk mengapa media digunakan dan apa saja yang dapat dilakukan media yang mungkin guru tidak mampu (kurang efisien) melakukannya. Adapun, ciri-tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
a)    Ciri Fiksatif (Fixative Property)
    Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu objek atau peristiwa. Dengan ciri fiksatif ini, media memungkinkan suatu rekaman kejadian atau objek yang terjadi pada suatu waktu tertentu ditransformasikan tanpa mengenal waktu.
    Ciri ini amat penting bagi guru karena kejadian-kejadian atau objek yang telah direkam atau disimpan dengan format media yang ada dapat digunakan setiap saat. Peristiwa yang kejadiannya hanya sekali (dalam satu dekade atau satu abad) dapat diabadikan dan disusun kembali untuk keperluan pengajaran. Prosedur laboratorium yang rumit dapat direkam atau diatur untuk kemudian direproduksi berapa kali pun saat diperlukan. Demikian pula kegiatan siswa dapat direkam untuk kemudian dianalisis dan dikritik oleh siswa sejawat baik secara perseorangan maupun secara kelompok. (Azhar, 1995:12)
b)    Ciri Manipulatif (Manipulative Property)
    Transformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena media memiliki ciri manipulatif. Kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknik pengambilan gambar time-lapse recording. Misalnya bagaimana proses larva menjadi kepompong kemudian menjadi kupu-kupu dapat dipercepat dengan teknik rekaman fotografi tersebut. Selain itu juga dapat diperlambat pada saatnya menayangkan kembali hasil suatu rekaman video. Misalnya, proses loncat galah atau reaksi kimia dapat diamati melalui bantuan kemampuan manipulatif dari media. Manipulasi kejadian atau objek dengan jalan mengedit hasil rekaman dapat menghemat waktu.
c)    Ciri Distributif (Distributive Property)
    Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau kejadian ditransportasikan melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman relatif sama mengenai kejadian itu. Dewasa ini, distribusi media tidak hanya terbatas pada satu kelas atau beberapa kelas pada sekolah-sekolah di dalam suatu wilayah tertentu, tetapi juga media itu misalnya rekaman video, audio dan lain-lain dapat disebar ke seluruh penjuru tempat yang diinginkan kapan saja. Sekali informasi direkam dalam format apa saja ia dapat diproduksi seberapa kali pun dan siap digunakan secara berulang-ulang di suatu tempat. Konsistensi informasi yang telah direkam akan terjamin sama atau hampir sama dengan aslinya.
3.      Fungsi Dan Manfaat Media Pembelajaran
Levie an lentz mengemukakan empat funsi media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu:
    Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks pelajaran.
    Fungsi afektif  media visual dapat dilihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar teks yang bergambar.
    Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.
    Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil penilitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks  membantu siswa yang lemah dalam mebaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali.
    Menurut Edgar Dale, pengetahuan akan semakin abstrak bila pesan hanya disampaikan secara verbal. Artinya siswa hanya mengetahui tentang kata tanpa tahu maknanya.
Secara umum media punya kegunaan:
     Memperjelas pesan agar tak terlalu verbal
     Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga dan indera
     Menimbulkan gairah belajar
     Memungkinkan anak belajar mandiri
     Menyamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama
Kontribusi media pembelajaran menurut Kemp dan Dayton, 1985:
    Penyampaian pesan pembelajaran menjadi lebih terstandar
    Pembelajaran lebih menarik
    Pembelajaran menjadi lebih interaktif
    Waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek
    Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan,  Dll.




C. KESIMPULAN
Media dapat menampilkan informasi melalui suara, gambar, gerakan dan warna, baik secara alami maupun manipulasi, sehingga membantu guru untuk menciptakan suasana belajar menjadi lebih hidup, tidak monoton dan tidak membosankan. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif  Dengan media akan terjadinya komunikasi dua arah secara aktif, sedangkan tanpa media guru cenderung bicara satu arah Efesien dalam waktu dan tenaga. Dengan media pembelajaran tujuan belajar akan lebih mudah tercapai secara maksimal dengan waktu dan  tenaga seminimal mungkin. Guru tidak harus menjelaskan materi ajaran secara berulang-ulang, sebab dengan sekali sajian menggunakan media, siswa akan lebih mudah memahami pelajaran.
Media pembelajaran dapat membantu siswa menyerap materi belajar lebih mandalam dan utuh. Bila dengan mendengar informasi verbal dari guru saja, siswa kurang memahami pelajaran, tetapi jika diperkaya dengan kegiatan melihat, menyentuh, merasakan dan mengalami sendiri melalui media pemahaman siswa akan lebih baik. Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja  Media pembelajaran dapat dirangsang sedemikian rupa sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar dengan lebih leluasa dimanapun dan kapanpun tanpa tergantung seorang guru.Perlu kita sadari waktu belajar di sekolah sangat terbatas dan waktu terbanyak justru di luar lingkungan sekolah. Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar. Proses pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga mendorong siswa untuk mencintai ilmu pengetahuan dan gemar mencari sendiri sumber-sumber ilmu pengetahuan.

SUMBER/BUKU
Prof.Dr. Azhar Arsyad, M.A. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Prees, 2010


Jumat, 15 November 2013

GURU

Pengertian guru
a.    Pengertian guru secara umum
Guru merupakan unsur penting dalam kegiatan mengajar. Gurulah yang membimbing peserta didiknya untuk belajar mengenal, memahami dan menghadapi dunia tempat ia berada. Guru merupakan jembatan yang memungkinkan peserta didiknya berdialog dengan dunianya. Proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik apabila ada guru dan murid, dan guru disini sebagai pemberi materi pelajaran kepada murid.
b.    Pengertian guru PAK
Guru PAK adalah seseorang yang percaya kepada Yesus Kristus serta memiliki pemahaman akan kebenaran firman Tuhan dan dalam melaksanakan tugasnya haruslah mengikuti teladan Yesus Kristus. Dalam semua pengajarannya, haruslah kebenaran firman Tuhan yang disampaikan.

Ada dua hal yang menjadi perhatian penting mengenai panggilan sebagai Guru Pendidikan Agama Kristen yang harus dipenuhi, yakni: mereka harus cakap mengajar, dan mereka harus orang Kristen yang sejati, yang menghormati serta melayani Tuhan dalam segenap hidupnya.
Profil Rohani Guru PAK
1.    Yesus sang Guru Agung
Seorang Guru PAK harus senantiasa memandang kepada Yesus Kristus. Dialah sumber dan pusat pengajaran Kristen. Mata dan hati kita harus terus memandang kepdaNya, meniru kepribadianNya, mengikuti teladanNya dan integritasNya, dan mengikuti komitmenNya yang amat tinggi dalam mencapai tujuan misi penyelamatanNya kepda umat manusia.
2.    Teladan Yesus sebagai Guru
a.    Sosok dan performance Yesus sebagai Guru Agung.
b.    Komitmen Yesus dalam menjalani panggilanNya sebagai pengajar.
c.    Mengajar melalui kata dan perbuatan.
d.    Mengajar kreatif dan kontekstual.
e.    Mengajar menuju kepada perubahan hidup.
f.    Mengajar secara dinamis.
g.    Memiliki otoritas yang tinggi.
h.    Mencintai panggilannya sebagai guru.
i.    Memiliki otoritas dan wibawa rohani.
j.    Memiliki kedekatan di tengah-tengah murid-muridNya.
k.    Mengenal murid-muridNya dengan baik.
l.    Sabar menghadapi keanekaragaman murid-muridNya.
Guru sebagai Panggilan
Guru merupakan unsur penting dalam kegiatan mengajar. Gurulah yang membimbing peserta didiknya untuk belajar mengenal, memahami, dan menghadapi dunia tempat ia berada. Dunia dalam hal ini mencakup dunia ilmu pengetahuan, dunia iman, dunia karya dan dunia sosial budaya. Guru merupakan jembatan yang memungkinkan peserta didik berdialog dengan dunianya. Guru terpanggil untuk mendorong peserta didik menimba pengetahuan, pemahaman, atau bahkan memberikan kontribusi bagi dunianya.
a.    Guru dan Kualitasnya
Guru terpanggil untuk tampil secara ideal tetapi juga hidup secara realistis, sehingga jelas bahwa tugas mengajar menuntut guru profesional, sebaliknya guru yang memberi layanan sempit dan asal-asalan dapat merugikan anak didik. Guru yang berkualitas adalah guru yang harus terus mengembangkan prinsip atau teorinya mengenai profesi keguruan. Hal ini dapat berkembang dengan berbagai cara seperti belajar mandiri, mengadakan refleksi dari pengalaman kerja, dan menimba informasi melalui rekan-rekan seprofesinya. Seorang pakar pendidikan di Amerika, Arthur W. Combs dalam karyanya Approach To Teaching Beliefs That Makes A Different (1982), bahwa teori pengajaran yan perlu dikembangkan guru haruslah komprehensif, tepat, relevan, dan terbuka terhdap informasi baru. Menurut Combs, kesuksesan tugas guru sangat terletak pada kemauan guru secara pribadi untuk berkembang, selain itu guru profeesional menurutnya harus memiliki konsep diri yang baik, tepat, dan relevan bagi tugas keguruannya. Oleh karena itu, guru harus bertumbuh dalam aspek kepribadian, mengembangkan pemahaman tentang belajar, dan harus yakin akan potensi belajar itu sendiri untuk pengembangan dirinya.
Ciri- ciri Guru
Menurut Dr TT. Raka Joni (1989), guru yang profesional sedikitnya harus memiliki ciri khas berikut:
Keterandalan layanan. Suatu layanan yang dinyataan dapat diandalkan apabila si pemberi layanan menguasai betul apa yang dikerjakan dan juga si penerima layanan dapat mempercayai bahwa manfaat atau kebaikan didahulukan dalam proses pemberian layanan tersebut.
Menurut Brian V. Hill (1990), guru profesional adalah pribadi-pribadi yang mampu melihat dirinya sebagai orang-orang terlatih, mengutamakan kepentingan orang lain dan taat kepada etika kerja, serta selalu siap menempatkan diri dalam memenuhi kebutuhan peserta didiknya terlebih dahulu.
Berkaitan dengan guru profesional, dalam hal ini harus dipahami kedudukan dan peranan guru Kristen. Istilah guru Kristen menurut Sidjabat, memiliki tiga segi yaitu:
1.    Guru dalam perspektif Kristen, dimaksud menyangkut pembahasan umum tentang guru dan seluk beluk keguruan dari sudut pandang iman Kristen.
2.    Guru yang Kristen, berkaitan dengan identitas diri atau jati diri serta peranan guru sebagai orang Kristen.
3.    Guru yang hanya memberi pengajaran yang berkaitan dengan iman Kristen, di gereja, sekolah, dan tempat pelayanan lainnya. Yang dimaksud dengan hal ini adalah guru yang mengajarkan iman Kristen.
Dalam kaitan dengan guru Kristen ada dua hal penting yang patutu menjadi perhatian utaa yaitu mengenai kedudukan guru sebagai pribadi Kristen dan mengenai tugas sebagai pendidik dan pengajar. Sebagai orang Kristen, hal yang sangat penting untuk dikembangkan oleh seorang guru Kristen adalah orang yang percaya dan menyambut sepenuhnya kedudukan dan peranan Yesus sebagai Tuhan, Juruselamat, dan Raja atas hidupnya.
Sebagai orang Kristen , guru terpanggil untuk bertumbuh ke arah pengenalan yang semakin mendalam dan lengkap tentang pribadi Yesus Kristus, selanjutnya kebenaran yang harus dikejar oleh guru Kristen adalah kebenaran realistis yaitu nyata dalam kehidupan.
Dalam buku Pendidikan Agama kristen, Homrighausen mengungkapkan tentang tanggung jawab guru Kristen yang meliputi tiga hal, yaitu:
a.    Guru menjadi penafsir iman Kristen, gurulah yag enguraikan dan menerangkan kepercayaan Kristen.
b.    Guru menjadi seorang gembala bagi murid-muridnya, artinya ia bertanggung jawab atas hidup rohani mereka dan karena itu, ia wajib membina dan memajukan hidup rohani itu.
c.    Guru juga harus menjadi seorang pedoman dan pemimpin, ia tidak boleh menuntun muridnya masuk ke dalam kepercayaan Kristen dengan paksaan, melainkan dengan membimbing mereka dengan halus dan lemah lembut kepada Juruselamat.
Selanjutnya menurut Homrighausen, syarat-syarat bagi guru meliputi beberapa hal, yaitu:
a.    Seorang guru harus mempunyai pengalaman rohani, artinya seorang guru perlu sekali untuk mengenal Yesus.
b.    Seorang guru harus mempunyai hasrat sejati untuk menyampaikan Injil kepada sesama manusia.
c.    Seorang guru harus mempunyai pengetahuan yang hidup tentang iman Kristen. \
d.    Seorang guru perlu mengetahui bagaimana iman bertumbuh dalam batin manusia dan bagaimana iman itu berkembang dalam seluruh hidup orang percaya sehingga guru perlu untuk mempelajari ilmu jiwa yang berhubunan dengan soal-soal agama.
e.    Seorang guru harus menunjukkan kesetian yang sungguh kepada gereja dan mengambil bagian dalam kebaktian.
f.    Seorang guru harus mempunyai pribadi yang jujur dan tingi mutunya.
Tugas dan tanggung jawab sebagai seorang guru adalah mengajar. Mengajar sebagai upaya pengajar untuk mentransfer pengetahuan yanag dimiliki kepada peserta didiknya. Dengan pengertian ini ada kecenderungan bahwa tugas utama peserta didik ialah menguasai bahan pengajaran, mengetahui, dapat mengungkap ulang, serta memahaminya secara kognitif. Pengertian lain dari mengajar adalah upaya pengajar untuk menolong peserta didik sedemikian rupa sehingga dapat menemukan konsep diri yang benar. Dengan konsep diri yang benar, peserta didik diharapkan memiliki kesadaran diri atas kelemahan dan kekuatannya.
Ada empat hal yang dapat dirumuskan sebagai tujuan dalam persiapan yang sangat bermanfaat bagi guru yaitu:
a.    Guru dapat mengetahui arah kegiatan belajar. Dengan mengungkapkan tujuan belajar, guru mengantisipasi perubahan dalam segi apa yang akan dialami peserta didik. Tujuan yang sangat jelas sangat membantu guru dalam merencanakan bahan pengajaran. Tujuan belajar juga akan memberikan gambaran bagi guru mengenai metode yang tepat, dan dengan tujuan juga akan memberikan landasan bagi guru mengenai apa yang akan dinilai dari peserta didik serta bagaimana mengadakan evauasi itu. Seharusnya seorang guru dalam pendidikan agama memiliki:
a.    Pengetahuan yang hidup mengenai pokok yang diajarkan.
b.    Kecakapan untuk menmbulkan minat, bahkan menggembirakan hati orang lain dengan pokok itu.
c.    Kerelaan untuk dilupakan sendiri, asal hasil pengejarannya tetap tertanam dalam hidup anak didik.
d.    Semangat pengorbanan diri supaya dapat melahirkan hidup baru berlipat ganda.
Guru dan Profesinya
Menurut Ani M. Hasan: profesionalisme menekankan kepada penguasaan pengetahuan dan kemampuan manajemen beserta strategi penerapannya.
Menurut Maister: Profesionalisme bukan sekedar pengetahuan teknologi dan manajemen tetapi lebih merupakan sikap, bukan memiliki keterampilan tinggi tetapi memiliki perilaku yang dipersyaratkan.
Menurut Arifin: pendidik/ guru profesionalis dalam konteks Indonesia dipersyaratkan mempunyai:
1.    Dasar ilmu yang kuat
2.    Penguasaan kiat-kiat profesi
3.    Mampu melakukan risetpendidikan
4.    Pengembangan kemampuan profesional secara berkesinambungan
Atas dasar itu profil pendidik yang profesional yaitu:
1.     Memiliki kepribadian yang matang dan berkembang
2.    Penguasaan ilmu yang kuat
3.    Keterampilan untuk membangkitkan minat pada bidang studi
4.    Pengembangan profesionalme secara berkesinambungan
Pendidik tak harus menjadi guru/ dosen, tetapi guru/ dosen adalah pendidik.
Seorang profesional adalah seorang yang menjalani profesi tertentu sesuai dengan keahlian yang dimilikinya. Ia juga dipercayai sangat ahli dibidang profesinya dan dapat diandalkan dalam melaksanakan pekerjaannya sehingga dapat berjalan lancar, baik, dan mendatangkan hasil/ mencapai tujuan yang diharapkan. Ia bertanggung jawwab atas pelayanannya dan memberi pertanggungjawaban atas pelayanan yang dipercayakan kepadanya, bahkan tersedia digugat bila pelayanannya tidak sesuai dengan standar yang sudah ditentukan.
Profesi kependidikan PAK(religious educator) adalah pekerjaan yang dilakukan oleh seorang religious educatir dengan mana ia memperoleh penghidupan, dan menganggapnya sebagai panggilan hidupnya (dari Tuhan). Semua religious educator menerima tugas itu sebagai panggilan, tapi tak semua menjadikannya sebagai profesi.
Guru PAK profesional adalah seorang yang menjalani profesinya sebagai guru PAK dengan keahlian/ kecakapan/ keterampilan yang sesuai untuk profesi guru PAK, yang mencakup:
a.    Keterampilan/ kecakapan teknis
•    Keterampilan yang diperlukan untuk dapat melaksanakan tugas sebagai guru PAK dengan baik
•    Keterampilan teknis tak dapat dikuasai sekeja kecuali melalui latihan dan praktek
•    Mendidik termasuk mengajar adalah merupakan seni
•    Semakin dilatih semakin dikuasai dan menjadi bagian dari kepribadian kita dan dapat didayagunakan dengan enak dan berhsil
•    Kecakapan profesional teknis dapat dikembangkan melalui berbagai proses pendidikan dan pelatihan.
b.    Kecakapan organisasional
•    Memiliki kecakapan atau keterampilan untuk memungkinkan lembaga pendiidkan untuk mencapai tujuannya. Dapat diandalkan (reliability) dan responsibilitas dan bertanggung jawab.
•    Reliabilitas : dapat berarti bekerja secara baik, efisien, efektif, mengikuti aturan dan prosedur, tata tertib organisasi yang sudah ditetapkan  tanpa perlu diawasi, mendaangkan kepuasan peserta didik. Dengan kata lain: menjadi religious educator yang dapat diandalkan.
•    Responsibilitas: sebagai guru PAK mau melaksanakan tugas dan mendidik dengan sungguh-sungguh, mencintai pekerjaan itu, dan mengembangkan kebiasaan kerja yang bai: mempersiappkan diri dengan baik, teliti, tabah, disiplin kerja, dan loyalitas bukan hanya kepada lembaga tetapi kepada Tuhan yang memanggil kita dalam tugas pendidikan.
c.    kecakapan hubungan manusiawi.
Pendidikan Kristen bertujuan menjelaskan kabar baik tentang kasih Allah di dalam Yesus Kristus, ini dengan cara begitu rupa sehingga mereka yang lahir di dalam iman akan mengenalnya dalam hidup mereka sendiri dan mereka yang menjawab dalam iman dapat memahaminya. Dengan harapan akhirnya pendidikna Kristen adalah menolong orang lain dalam hubungan mereka yang berkembangan dengan Allah di dalam Kristus, sehingga hidup mereka memuliakan Dia serta secara efektif melayani orang lain.
Profesi Keguruan
Profesi adalah suatu pekerjaan yang dalam melaksanakan tugasnya memerlukan/ menuntut keahlian, menggunakan tekhnik-tekhnik ilmia, serta dedikasi yang tinggi. Ciri-ciri profesi, yaitu adanya:
a.    standar unjuk kerja: Lembaga pendidikan khusus untuk menghasilkan pelaku profesu tersebut dengan standar kualitas akademik yang bertanggung jawab.
b.    Organisasi profesi: etika dan kode etik profesi, sistem imbalan, dan pengakuan masyarakat.
Ruang lingkup Profesi Keguruan
Ruang lingkup profesi keguruan menyangkut dengan rencana pelajaran dan penguasaan metode pembelajaran yang ada. Dan juga harus mampu memperlengkapi diri dengan keahlian atau keerampilan dalam menggunakan metode pembelajaran yang akan kita gunakan di sekolah.
1.    Hubungan antara penguasaan materi dan kemampuan mengajar
Penguasaan materi menjadi landasan pokok seorang guru untuk memiliki kemampuan mengajar penguasaan materi dilakukan dengan cara membaca buku pelajaran. Penguasaan bahan ajar dapat diawali dengan mengetahui isi materi dan cara ,elakukan pendekatan terhadap materi ajar.
2.    Keputusan situasional dan transaksional
Keputusan situasional menyangkut keputusan tentang apa dan bagaimana pengajaran akan diwujudkan berdasarkan analisis situasi (tujuan yang dicapai, bahan yang disampaikan, waktu serta fasilitas yang tersedia, dan perilaku bawaan siswa). Keputusan situasional diambil guru ketika menyusun persiapan tertulis dalam bentuk satuan pelajaran. Keputusan transaksional merupakan penyesuaian yang dilakukan okeh guru yang berkaitan dengan pelaksanan dari keputusan situasional berdasarkan balikan yang diperoleh guru dari interaksinya dengan siswa maupun dari interaksi antarsiswa dalam PBM yang sedang berlangsung. Keputusan transaksional diambil karena adanya perubahan situasi dan kondisi yang berkembang dalam melaksanakan PBM.
3.    Peran guru dalam pengembangan rancangan pembelajaran
Rancangan pembelajaran harus dikembangkan atas dasar tujuan-tujuan instruksional yang berorientasi kepada perkembangan siswa. Perkembangan adalah tujuan pembelajaran. Rancangan pembelajaran baik rancangan jangka pendek maupun jangka panjang mencakup komponen-komponen: analisis kurikulum, tujuan instruksional, rencanan kegiatan, rencana evaluasi.
4.    Peran guru dalam pelaksanaan pembelajaran dan manajemen kelas menurut Purnomo
Proses ppembelajaran berlangsung dalam suatu adegan yang perlu ditata dan dikelola menjadi suatu lingkungan atau kondisi belajar yang kondusif. Pendekatan pluralistik dalam manajemen kelas memadukan berbagai pendekatan, dan memandang manajemen kelas sebagai seperangkat kegiatan untuk mengembangkna dan memelihara lingkungan belajar yang efektif. Masalah pengajaran dan manajemen kelas adalah dua hal yang perlu dibedakan tetapi sulit dipisahkan. Keduanya saling terkait. Manajemen kelas merupakan prasyarat bagi erlangsungnya proses pembelajaran yang efektif. Lingkungan belajar dikembangkan dan dipelihara dengan memperhatikan faktor keragaman dan perkembangan peserta didik. Manajemen kelas dikembangkan melalui tahap-tahap: perumusan kondisi ideal, analisis kesenjangan, pemilihan strategi, dan penilaian efektivitas strategi. Penataan lingkungan fisik merupakan unsur penting dalam manajemen kelas karena memberikan pengaruh kepada perilaku guru dan peserta didik.
5.    Peran guru dalam evaluasi pembelajaran
Evaluasi adalah proses memperoleh informasi untk membentuk judgment dalam pengambilan keputusan. Informasi yang diperlukan untuk kepentingan evaluasi dijaring dengan teknik-teknik iinkuiri, observasi, analisis, dan tes. Pemilihan teknik yang digunakan didasarkan atas jenis informasi yang harus diungkap sehingga dalam suatu evaluasi bisa digunakan berbagai teknik sekaligus. Pengolahan hasil pengukuran atas hasil belajar dimaksudkan untuk mengevaluasi proses dan hasil belajar.
6.    Tanggung jawab guru
Profesi guru PAK hal yang penting sebagai tanggung jawab adalah menjadi penafsir iman Kristen. Dialah yang menguraikan dan menerangkan kepercayaan Kristen itu, karena ia harus menyampaikan harta dari masa lampau kepada para pemuda yang akan menempuh masa depan. Gurulah yang dapat mengambil harta kesukaan itu dari perbendaharaan gereja, lalu membagikannya kepada murid-muridnya. Guru juga menjadi gembala bagi muridnya. Ia bertanggung jawab atas hidup rohani mereka, ia wajib membina dan memajukan hidup rohani itu. Guru harus menjadi seorang pedoman dan pemimpin. Ia tidak boleh meuntun muridnya masuk kedalam kepercayaan Kristen dengan paksaan, melainkan membimbing mereka dengan halus dan lemah lembut kepda juruselamat dunia. Guru juga adalah seorang penginjil, yang bertanggung jawab atas penyerahan diri setiap orang muridnya kepada Yesus Kristus. Karena sebenarnya tujuan pengajaran adalah supaya mereka nantinya sungguh-sungguh menjadi murid Yesus yang rajin dan setia. Panggilan melayani dalam penginjilan tetap harus menjadi tujuan panggilan utama.

Ruang lingku profesi keguruan juga Kriteria Kristus, hal ini menyangkut beberapa hal, yaitu:
Seorang guru harus mempunyai pengalaman rohani. Seluruh hidupnya telah mengalami perubahan dalam Roh Kudus.
Guru sejati juga harus memiliki hasrat sejati untuk menyampaikan Injil kepada sesama manusia.
Guru harus mempunyai pengetahuan yang cukup tentang isi iman Kristen. Ia harus mengenal baik Alkitab. Untuk itu ia sendiri pun perlu dididik dan dilatih sebelum mengajar.
Seorang guru perlu mengetahui bagaimana iman  bertumbuh dalam batin manusia dan bagaimana ian itu berkembang dalam seluruh hidup orang percaya.
Seorang guru juga harus mempunyai pribadi yang jujur dan tinggi mutunya.
Guru dipanggil untuk membagikan harta abadi. Dalam tangannya ia memegang kebenaran Ilahi. Dan dalam pekerjaan ia berhadapan dengan jiwa-jiwa yang sesungguhnya sangat berharga di mata Allah. Oleh karena itu, janganlah kita rendah diri denan panggilan kita menjadi seorang guru agama Kristen, karena sebenarnya tugas dan tanggung jawab kita sama halnya dengan seorang pendeta. Guru juga dimata Yesus sangat diperhatikan dan kepedulian yang selalu menyertai kita.